Makalah


KDPK
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy. (www.dokter.indo.net.id).
 Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:
  1. Pra intrumentasi       : sebelum pemeriksaan
  2. Instrumentasi              : saat pemeriksaan (analisa)
  3. Pasca instrumentasi  : saat menulis hasil pemeriksaan
 Namun masih banyak sebagian orang yang belum mengetahui tentang pemeriksaan laboratorium ini seperti, persiapan, prosedur, ataupun pasca pemeriksaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memberikan penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium. Diharapkan makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua, amin.

1.2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
  • Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah menambah pengetahuan tentang “PEMERIKSAAN LABORATORIUM”.
  • Tujuan Umum
1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KDPK,
2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum ( dahak ), atau sample dari hasil biopsy. (www.dokter.indo.net.id).

2.2. TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut.
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6. Membantu pemantauan pengobatan
7. Menyediakan informasi prognostic/perjalanan penyakit
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai danpotensial membahayakan
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

2.3. PRA INSTRUMENTASI
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sample
5. Penanganan awal sample (termasuk pengawetan) dan transportasi.

1. Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien: nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
2. Persiapan Penderita
a. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
            b. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
c. Waktu Pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
d. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.

3. Persiapan Alat yang Akan Dipakai
1. Persiapan Alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
2. Pengambilan Darah
Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
 3. Penampungan Urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.

4. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

4. Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
5. Penanganan Awal Sampel dan Transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis.
Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien.
Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.




2.4. PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
            1. Pemeriksaan Darah
            A. Tempat Pengambilan Darah
1) Perifer (pembuluh darah tepi)
2) Vena
3) Arteri
4) Orang dewasa di ambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
5) Bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki, tumit, atau daerah kepala
            B. Persiapan Alat
1)  Lanset darah atau jarum khusus
2)  Kapas alkohol
3)  Kapas kering
4)  Alat pengukur Hb/ kaca objek/ botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5)  Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan pengalas
            C. Prosedur Kerja
1) Mendekatkan alat
2) Memberi tahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3) Memasang perlak dan pengalas
4) Memasang hand scoon
5) Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6) Kulit di hapushamakan dengan kapas alkohol
7) Lakukan penusukan pada daerah yang telah dipilih
8) Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
9) Merapikan alat
10)  Melepaskan hand scoon
 Hindari hemolisis saat pengambilan darah dengan memberi cairan sitrat pada tabung.
Macam–macam pemeriksaan menggunakan spesimen darah
  1. Serum glutamik piruvik transaminase ( SGPT )
Di lakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler  jumlah darah yang di ambil sekitar 5-10 ml dari vena.
2.      Albumin
Mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar seperti pada kasus sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah banyak, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari vena.
3.      Golongan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari golongan darah A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A, B, dan AB.
4.      Asam urat
Mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka bakar dan kehamilan, peningkatan pada asam urat dapat di indikasikan penyakit seperti leukimia, kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, jumlah darah yang di ambil 5-7 ml dari vena.
5.      Bilirubin ( total, direct, dan indirect )
Mendeteksi kadar bilirubin, pada bilirubin direct mendeteksi adanya ikterik obstruktif, hepatitis dan sirosis sedangkan bilirubin indirect mendeteksi adanya anemia, malaria dan lain-lain, jumlah darah yang diambil 5-10 ml dari darah vena.
6.      Estrogen
Mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause, serta stress pisikogenik, peningkatan pola estrogen dapat mengindekasi adanya tumor ovarium atau kehamilan, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari darah vena.
7.      Gas darah arteri
Mendeteksi keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik atau dengan metabolik. Jumlah darah yang diambil sekitar 1 ml dari estrogen.
8.      Gula darah puasa
Ø  Inspeksi
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklikemik, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10ml dari vena.
9.      Gula darah postprandal
Ø  Inspeksi
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan dilakukan setelah makan. Jumlah darah yang di perlukan sekitar 5-10 ml dari vena, 2 jam setelah makan pagi atau siang.
10.  Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )
Ø  Inspeksi
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
11.  Hematokrik
Ø  Inspeksi
Mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, ginjal kronik serta  defisiensi vit B, peningkatan hematokrik adanya dehidrasi, asidosis, trauma dan lain-lain, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
12.  Hemoglobin ( Hb )
Mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal, peningkatan Hb. Mengindikasikan adanya dehidrasi, PPOK dan CHF dan lain-lain. Jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
13.  Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan dan trombositosis menyebabkan penigkatan pembekuan jumlah darah yang diambil sekitar 5 ml dari vena.
14.  Partlal Tromboplastin Time ( PPT )
Mendeteksi variasi trombosit, monitor terapi heparia defesiensi faktor pembekuan, jalan darah yang diperlukan sekitar 7-10 ml dari vena, pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
Pemeriksaan lainnya yang menggunakan spesimen darah antara lain kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum krolaktin, kortisol, kolesterol, dan lain-lain.

2. Pemeriksaan Urine
A. Kegunaan
1. Menafsirkan proses-proses metabolisme
2. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan ( padapasien DM )
 B. Jenis Pemeriksaan
1. Urin Sewaktu
Dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2. Urin Pagi
Dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3. Urin Pasca Prandial
Dikeluarkan setelah pasien makan (1,5 – 3 jam sesudah makan).
4.urin 24 jam
Urin yang dikumpul dalam waktu 24 jam.
 C. Persiapan Alat.
1. Formulir khusus untuk pemeriksaan urin
2. Wadahi urin dengan tutupnya
3. Hand scoon
4. Kertas etiket
5. Bengkok
6. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium.
Beberapa pemeriksaan menggunakan spesimen urin
1. Asam Urat
Mendeteksi penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam, leukimia dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis dan lain-lain, urin yang dibutuhkan tampungan urin 24 jam.

2. Bilirubin
Mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu, hepar, kanker hepar., urine yang dibutukan sekitar 5 tetes.
3. Human Chorionic Gonatropin
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, dalam pengambilan urine dianjurkan klien untuk puasa cairan 8-12 jam, urine 24 jam yang diperlukan sekitar 60 ml. 
4. Pemeriksaan lainnya yang mengunakan spesimen urine
Ø      Urobilinogen menentukan kerusakan hepar, hemolisis, dan infeksi berat.
Ø      Urinealisis menentukan berat jenis kadar glukosa, keton,dll.
Ø      Kadar protein menentukan kadar kerusakan glomerulus
Ø      Pregnadion menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan penilai adanya ovulasi.

3. Pemeriksaan Faeces
A. Pengertian
Menyiapkan faeses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang tertentu.
 B. Tujuan
Untuk menegakan diagnosa dengan cara mendeteksi adanya kuman Salmonella, Shigella, Scherichia Coli, Staphylococcus
C. Pemeriksaan Faeces (Tinja) untuk Pasien yang Dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
 D. Persiapan alat
1. Hand scoon bersih
2. Vasseline
3. Botol bersih dengan tutup
4. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5. Bengkok
6. Perlak pengalas
7. Tissue
8. Tempat bahan pemeriksaan
9. Sampiran

E. Prosedur Tindakan
1. Mendekatkan alat
2. Memberi tahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakai Hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan kedalam anus dengan arah ke atas kemudian diputar ke kiri dan ke kanan sampai teraba tinja
9. Setelah dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan kedalam tempatnya
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan. Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.

4. Pengambilan Sputum
A. Pengertian
Sputum adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.

B. Tujuan
Mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditentukan.

C. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).

D. Persiapan Alat
1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak pengalas
6. Bengkok dan tissue

E. Prosedur Tindakan
1. Menyiapkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi duduk
5. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok
6. Memakai hand scoon
7. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
8. Mengambil 5 cc bahan., lalu masukkan ke dalam botol
9. Membersihkan mulut pasien
10. Merapikan pasien dan alat
11. Melepas hand scoon
12. Mencuci tangan
5. Pengambilan spesimen cairan vagina (pap smear)
Pap smear adalah pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks, serta respon terhadap kemoterapi dan radiasi.

A. Persiapan Pengambilan Spesimen Cairan Vagina

1. Alat dan Bahan

a.  Kapas lidi steril atau aose
b. Gelas obyek
c.  Bengkok
d. Sarung tangan
e.  Spekulum
f.   Kain kassa, kapas sublimat
g.  Perlak
B. Prosedur Pelaksanaan
1.      Memberitahu dan menjelas kan kepada pasien  tindakan yang akan dilakukan
2.      Menyiapkan alat dan bahan membawa ke dekat  pasien
3.      Memasang sampiran
4.      Membuka atau menganjurkan pasien  menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien)
5.      Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6.      Mengatur posisi pasien  dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
7.      Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir mengeringkan dengan handuk bersih
8.      Memakai sarung tangan
9.      Buka labia mayora dengan ibu jari  dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
10.  Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dan tangan yang dominan sesuai kebutuhan
11.  Menghapuskan sekret vagina pada gelas obyek yang disediakan
12.  Membuang kapas  lidi dalam bengkok
13.  Memasukkan gelas obyek dalam piring petri atau  ke dalam tabung kimia dan ditutup
14.  Memberi label dan mengisi formulir  pengiriman  spesimen  untuk dikirim  ke laboratorium
15.  Membereskan alat
16.  Melepas sarung tangan
17.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkannya dengan handuk  bersih
18.  Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan






BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy. (www.dokter.indo.net.id).

Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:
1.   Pra intrumentasi              : sebelum pemeriksaan
2.   Instrumentasi            : saat pemeriksaan (analisa)
3.   Pasca instrumentasi         : saat menulis hasil pemeriksaan

Banyak sekali tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut.
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6. Membantu pemantauan pengobatan
7. Menyediakan informasi prognostic/perjalanan penyakit
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit
Setiap pemeriksaan spesimen dalam pemeriksaan laboratorium harus dilakukan persiapan, prosedur, dan analisa yang tepat dan akurat.

3.2. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat sebaik–baiknya namun sebagai manusia penulis selalu tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, amin.


























DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna, dkk. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika

Eko, Nurul, dkk. 2010. KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) Kebidanan.Yogyakarta: Pustaka Rihamna

Kusmiyati, Yuni. 2008. Penuntun Belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Uliyah, Musrifatul, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika


http://www.dokter.indo.net.id
http://www.prodia.co.id